Home » » Analisis Orientalisme

Analisis Orientalisme

Written By Unknown on Monday, January 26, 2015 | 9:30 AM

A.  Al-QUR’AN DALAM PANDANGAN ORIENTALIS
Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang menyatakan dirinya, bersih dari keraguan, dijamin keseluruhan isinya terjaga, dan tiada mungkin dibuat tandingannya. Barangkali sifat-sifat inilah yang membuat kalangan non-muslim iri/takut terhadap umat Islam, khususnya orientalis-missionaris Yahudi dan Kristen.
Tetapi tidaklah mengherankan, karena sejak al-Qur’an diturunkan, sudah disinyalir bahwa orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela sampai umat Islam mengikuti keinginan dan keagamaan mereka. Selain itu, mereka ingin agar umat Islam melakukan apa yang mereka lakukan seperti menggugat, dan mempersoalkan yang sudah jelas dan mapan sehingga timbul keraguan terhadap yang benar.
Dari buku-buku yang ditulis orientalis-missionaris, secara sembunyi maupun secara terbuka, mereka memang benci terhadap al-Qur’an. Diantara ucapan mereka antara lain :
“Selama al-Qur’an masih ada di tengah umat Islam, Eropa tidak akan sanggup mengalahkan Timur, sekaligus mereka (Eropa) tidak aman  terhadap dirinya.”
Secara umum orientalis sangat memperhatikan kajian sunnah dan al-Qur’an secara khusus. Menurut mereka, jika dapat menanamkan keraguan terhadap sunnah, maka secara otomatis dapat menanamkan keraguan terhadap al-Qur’an, bahkan Islam itu sendiri. Oleh karena itu, dalam kesempatan lain, Gibb berbicara tentang sunnah, berkata:
“Sesungguhnya Islam di bangun di atas landasan hadis-hadis Nabi lebih banyak,  dari pada landasan al-Qur’an. Tetapi jika kita dapat membuang hadis-hadis palsu, maka sedikitpun Islam tidak  ada yang tersisa”.
Menurut para orientalis, wahyu merupakan hasil dari khayalan orang yang menderita penyakit epilepsi. Hal ini berdasarkan riwayat hadis  yang menjelaskan bahwa ketika nabi Muhammad menerima wahyu, terdapat tanda-tanda fisik seperti wajah pucat, badan gemetar, dan keringat yang mengucur dari tubuh. Tanda-tanda fisik seperti ini sama dengan tanda-tanda yang bisa dijumpai pada seseorang yang menderita epilepsi. Mereka berpendapat bahwa ketika penyakit epilepsi itu menyerang Muhammad, yang ditandai dengan gejala-gejala fisik tadi, maka kesadaran sudah hilang darinya karena ia masuk kepada alam ghaib/metafisik. Kemudian ketika Muhammad sadar/sembuh dari serangan penyakit itu, ia menyangka bahwa itu adalah wahyu dari Tuhannya.
Para orientalis meyakini bahwa al-Quran tidak lebih dari sekedar buku sejarah, oleh karena itu mereka berusaha dengan keras untuk menyusun ulang surat-surat dalam al-Quran berdasarkan urutan waktu. Adapun yang menjadi dasar mereka dalam menentukan urutan surat-surat tersebut adalah tata bahasa dan pokok pikiran yang terkandung dalam surat, keterangan-keterangan dari sirah nabawiyah, dan sejarah Islam sendiri. Diantara orientalis yang serius melakukan hal ini adalah Theodore Noldeke dan Edward Sell. Noldeke membagi surat-surat dalam al-Quran menjadi empat tahap : Pertama, mulai tahun pertama kenabian sampai tahun kelima. Tahap kedua, dari tahun kelima sampai tahun keenam dari kenabian. Tahap ketiga, dari tahun ketujuh kenabian hingga hijrahnya Nabi. Dan tahap keempat, selama Nabi tinggal di Madinah.
B. HADITS DALAM PANDANGAN ORIENTALIS
Hadits adalah sebuah bangunan yang mengandung ucapan, perbuatan atau ketentuan-ketentuan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw., sehingga bagi orientalis hadits adalah merupakan kajian yang mudah bagi mereka untuk meneliti hadits secara keseluruhan.
Ada beberapa faktor yang mendorong hadits menjadi kajian orientalis dalam menjelekan Islam, yaitu; Pertama : Faktor lebih mudahnya usaha memburukkan Islam melalui penyelidikan hadits daripada penelitian terhadap Al-Qur’an. Beberapa studi yang dibuat secara serius , objektif dan jauh dari polemik telah menunjukkan adanya keinginan kuat para orientalis untuk mendiskriditkan Islam. Kedua : Faktor lain yang juga kuat dalam mendorong perhatian terhadap penyelidikan hadits adalah banyaknya kontradiksi dalam materi corpushadits sendiri.
Tiga wilayah cakupan studi hadits yang telah dikenal umum oleh para muhadditsin untuk menentukan otentisitas hadits-hadits yaitu pelacakan isnad hadits, ktirik matan dan metode kritik perawi, dibongkar kembali oleh para orientalis dan memunculkan tesis-tesis baru yang menyanggah kebenaran-kebenaran hadits; terutama kebenaran bahwa hadits berasal dari Muhammad.
Aspek-aspek yang dijadikan sebagai lahan kritik orientalis dalam penolakan mereka terhadap otentisitas hadits, diantaranya banyak argumen yang secara umum dikemukakan oleh mereka, yaitu :
1) Aspek Pribadi Nabi Muhammad
Argumen pertama dan paling utama orientalis meragukan otentisitas hadits adalah bahwa hadits-hadits itu buatan manusia dan bukan wahyu. Menurut orientalis pribadi Muhammad perlu dipertanyakan, mereka membagi status Muhammad menjadi tiga, sebagai rosul, kepala negara dan pribadi biasa sebagaimana orang biasa. Sesuatu yang didasarkan dari Nabi Muhammad baru disebut hadits jika sesuatu tersebut berkaitan dengan hal-hal praktis keagamaan, karena jika tidak hal itu tidak layak disebut dengan hadits, karena bisa saja hal itu hanya timbul dari status lain seorang Muhammad.
2) Aspek Sanad (Rangkaian Perawi)
Orientalis memiliki kesimpulan bahwa semua asaniditu fiktif atau bahwa yang asli dan yang palsu itu tidak bisa dibedakan secara pasti. Isnad yang sampai kepada Nabi Muhammad jauh lebih diragukan ketimbang isnad yang sampai kepada sahabat.
3) Aspek Matan
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa ktirik isnad adalah satu-satunya metode yang dipraktekkan ahli-ahli hadits untuk menyaring mana hadits yang shahih dan hadits mana yang tidak shahih. Menurut orientalis matan hampir tidak pernah dipertanyakan, hanya jika isi sebuah hadits yang isnad-nya shahih jelas bertentangan dengan Al-Qur’an, baru ditolak, kalau isinya dapat diinterpretasikan sedemikian sehingga menjadi selaras dengan Al-Qur’an dan hadits-hadits lain, hadits itu tidak dikritik.

KESIMPULAN

Pada dasarnya para orientalis menganggap al-Qur’an itu ialah tak beda dengan buku sejarah dan cerita-cerita bohong, dan menganggap Hadits itu ialah buatan orang-orang lain selain Nabi Muhammad. Salah satu tujuan orientalis meneliti al-Qur’an dan Hadits ialah untuk menimbulkan keraguan-keraguan umat Islam didalam pedomannya dan untuk memecah belahkan umat Islam, karena pada dasarnya kaum orientalis merasa iri dengan umat Islam. 

0 comments:

Post a Comment